Hakikat Pengabulan Doa
Keterangan Gambar : Dr. Akmal R.G. Hsb, M.A. (Dekan FAI Unisma Bekasi & Wakil Ketua LKSA PB Al-Washliyah)
Oleh :
Dr. Akmal R.G Hsb
Pendahuluan
Berbicara tentang doa, ada 4 kategori manusia dalam menyikapinya; Pertama, Manusia yang tidak berdoa, sebab meyakini bahwa masalah bisa diselesaikan tanpa meski berdoa. Kedua, Manusia yang hanya berdoa disaat membutuhkan, setelah doanya dikabulkan Allah, dia berhenti berdoa. Ketiga, Manusia yang terus menerus berdoa, namun karena doanya tak kunjung dikabulkan oleh Allah, akhirnya ia berhenti berdoa karena keputusasaannya. Keempat, Manusia yang terus berdoa, meskipun permohonan spesifiknya tak kunjung dikabulkan oleh Allah Swt.
Lantas bagaimana Al-Quran merespon mengenai urgensi doa? Secara Bahasa doa berarti permohonan atau permintaan. Jika ditilik secara mendalam, terdapat 4 istilah doa.
- Amrun, yaitu permintaan dari yang tinggi kepada yang rendah. Hanya saja konotasi permintaan disini menitikberatkan sebuah perintah, yang dinisbahkan kepada Allah terhadap hambanya, maupun manusia yang lebih tinggi jabatan/status sosialnya atas manusia lainnya.
- Iltimas, yaitu permohonan yang dinisbahkan kepada sesame manusia yang sama kedudukan atau strata sosialnya. Semisal, sesama teman yang meminta tolong kepada kita untuk memenuhi hajatnya.
- Tholab, yaitu permohonan/permintaan dari hamba yang merasa rendah kepada penciptanya untuk mengabulkan kebutuhannya. Hanya saja, permintaan disini hanya sebatas lisan/hapalan-hapalan doa, namun tidak diikuti keseriusan pikiran, perasaan, apalagi perbuatan untuk mengabdi kepada Allah Swt. Sederhanya dapat dipahami disini, benar dia terus berdoa, tapi masih tetap bermaksiat kepada Allah.
- Doa, yaitu permohonan/permintaan dari hamba yang merasa rendah kepada penciptanya untuk mengabulkan kebutuhannya. Bedanya dengan talab, permohonanan lisan disini diikuti keseriusan pikiran, perasaan, dan perbuatan konsisten mengabdi kepada Allah Swt.
Relevan dengan keterangan di atas, Allah berkata Q.S. Al-Mukmin: 60;
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Ibnu katsir menafsirkan, Doa merupakan perkara yang besar dan agung, sebab, di dalamnya seorang hamba menampakkan bahwa ia benar-benar fakir dan butuh kepada Allah, tunduk di hadapan-Nya, tidak seorangpun yang tidak membutuhkan apa yang ada di sisi Allah, meskipun hanya sekejap. Berdoa bukan hanya ketika di landa duka nestapa, musibah, atau bencana, tapi kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun kondisi kita, kita harus tetap bermunajat kepada Allah, Karena kita butuh kepada-Nya.
Ibnu Qayyim mengatakan, “Doa Adalah obat yang paling bermanfaat, dialah lawan bala’, yang akan menolak, membereskan, dan menahannya agar tidak terjadi, serta akan mengangkat atau meringankan bila benar-benar terjadi, dialah senjata orang-orang beriman. Doa merupakan sebuah pintu yang agung, bila seorang hamba mengetukknya, akan datang kepadanya kebaikan yang berturut-turut dan berkah yang melimpah.
Pembahasan
Lantas, bagaimana syarat-syarat agar terkabulnya doa? Paling tidak ada
- Sebelum berdoa, bertobat yang tulus kepada Allah
Bayangkan, seorang yang telah berbuat kejahatan kepada atasannya yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Lalu di lain kesempatan dia meminta agar permintaan dan keinginannya dipenuhi. Namun, dia sama sekali tidak memohon maaf karena telah berbuat kejahatan dan tidak bersikap baik kepadanya. Tentu tidak ada atasan yang akan mengabulkan permintaan seperti ini.
Analogi di atas memberi kesan kepada kita, jika hubungan sesama manusia saja sulit dikabulkan, apalagi hubungan manusia yang “diciptakan” oleh Allah “Sang Pencipta”. Bagaimana bisa diterima oleh orang yang berakal dan berpikir logis, Ada orang yang tekun dalam kemaksiatannya, lalu menghadap kepada Allah yang dimaksiatinya untuk mengabulkan permintaannya? Lebih parahnya lagi, dia terus mendesak permintaannya. Bahkan akhirnya, ia menyalahkan Allah sebab tidak menepati janjinya untuk mengabulkan permintaanya.
Karenanya, jika ingin dikabulkan doa, maka syarat yang pertama bertobat nasuha terlebih dahulu kepada Allah swt. Termasuk pula, ketika ada orang yang menitipkan doa kepada orang lain yang dianggap sholeh, percayalah bahwa doa tersebut tidak akan terkabul kecuali yang mendoakan dan didoakan terlebih dahulu bertaubat kepada Allah swt.
Inilah sebabnya, manusia seringkali jika berdoa kepada Allah untuk dirinya sendiri, Allah mengabulkannya. Namun tatkala berdoa untuk orang banyak Allah belum tentu mengabulkannya. Hal itu dikarenakan, ketika berdoa untuk dirinya sendiri, telah didahului dengan melakukan tobat yang tulus kepada Allah dari segala dosa dan kesalahannya. Namun ketika berdoa untuk orang banyak, boleh jadi masih banyak di antara mereka yang masih senang bermaksiat dan sombong kepada Allah swt.
- Berdoa, diiringi dengan hadirnya pikiran dan hati serta kerendahan diri kepada Allah
Menghadirkan pikiran dan hati ketika berdoa adalah salah satu kunci terkabulnya doa. Maksudnya adalah mentadabburi makna dari apa yang di ucapkan. Tidak mesti dengan berbahasa arab, bahasa apa saja pun boleh berdoa, karena Allah Maha mengetahui apa yang kita ucapkan, sekalipun itu terbesit dari dasar hati kita.
Inilah yang membedakan doa dengan Talab. Mungkin banyak disekitar kita yang terkesan berdoa, dengan menengadahkan kedua tangan kepada Allah, diiringi dengan hafalan-hafalan yang panjang, tapi sayangnya disaat bersamaan perasaan tidak menentu dan pikirannya memikirkan yang lain. Dengan demikian, janganlah kita sebut orang seperti ini sedang berdoa, melainkan dia hanya “Meminta”. Jika dia hanya meminta, maka pantaskah dia menunggu pengabulan? Maka doa yang dikabulkan, hanyalah doa yang diiringi dengan hadirnya pikiran, hati dan kerendahan diri kepada Allah swt.
Lantas, bagaimana sikap kita, jika ternyata setelah dua syarat tadi telah dilakukan, namun Allah belum mengabulkan doa kita? Maka sikap kita harus berbaik sangka kepada Allah swt. Kita harus meyakini bahwa Tahapan-tahapan dalam pengabulan doa itu ada tiga cara, yaitu :
- Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Boleh jadi apa yang kita minta belum cocok dengan kita dan akan berakibat buruk, maka Allah memberikan dengan yang lain yang lebih cocok dengan kita.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 216)
- Pahamilah, bahwa pengabulan doa dari Allah bukanlah bersifat harfiah/spesifik terhadap apa yang anda mohonkan, melainkan bersifat umum dan lebih luas yang anda butuhkan. Seperti misalnya rezeki kesehatan, umur yang Panjang, keluarga yang harmoni, dan nikmat-nikmat lainnya yang tanpa kita sadari sudah dimiliki dan dirasakan.
- Pengabulan Doa-doa kita boleh jadi tidak dikabulkan di duni, tetapi menjadi simpanan/investasi pahala di akhirat kelak sebagai tambahan amal ibadah kita. Sebagaimana sabda nabi; “Doa adalah ibadah. Bahkan doa, adalah inti dan ruh ibadah yang mendatangkan lebih banyak pahala melebihi ibadah-ibadah lainnya.
Penutup
Penulis mengutip kalam hikmah dari Syeikh Ibnu Atho’illah As-Sakandari dalam karya Hikamnya;
Pada saat diberi sesuatu engkau bergembira, dan pada saat ditolak engkau kecewa. Yang demikian itu merupakan bukti dari sifat kekanak-kanakanmu, serta ketidak tulusan penghambaanmu.
“Janganlah karena tertunda datangnya karunia Allah, sementara kamu telah bersungguh-sungguh dalam berdoa, menyebabkanmu berputus asa. Sebab Allah telah menjamin untuk mengabulkan apa yang Allah pilihkan untukmu, bukan apa yang kamu pilihkan untuk dirimu. Dan pada waktu yang Allah inginkan, bukan pada waktu yang kamu inginkan”. Inilah Hakikat Pengabulan Doa.
Facebook Comments