Relasi Iman dan Amal Solih Terhadap Kemajuan Peradaban Islam
Keterangan Gambar : Dr. Akmal R.G. Hsb, M.A. (Dekan FAI Unisma Bekasi & Wakil Ketua LKSA PB Al-Washliyah)
Oleh :
Dr. Akmal R.G Hsb/Dekan FAI UNISMA Bekasi
Pendahuluan
Mengawali tulisan ini penulis ingin mengajak kita semua merenungkan persoalan tentang iman, dengan penekanan pada keyakinan bahwa iman itu pasti akan membawa pengaruh pada kehidupan. Sebab Allah Swt berfirman dalam Al-Quran dalam nada janji, dan kita tahu bahwa jika Allah berjanji pasti akan ditepati;
Sungguh, Allah tidak akan menyalahi janji (Q.S. Ali-Imran: 9)
Apa janji Allah? Allah berfirman, bahwa siapa saja yang beriman kepada Allah, maka Allah akan menyediakan kehidupan yang baik di dunia ini, dan juga kehidupan yang lebih baik lagi di akhirat. Janji itu bukan hanya sebatas untuk pribadi-pribadi tapi juga kepada umat manusia sebagai kelompok. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Al-A’rof; 96;
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah rezeki dari langit dan bumi.
Pembahasan
Saat ini kita akan melihat bagaimana korelasi antara iman dengan kehidupan lahiri, sebab sesuatu yang batini tidak bisa diukur dari luar dan itu hanya Allah yang mengetahui. Artinya, hal yang bisa kita ukur dan amati ialah hal-hal lahiri. Namun ironisnya, iman yang kita yakini sebelumnya membawa pengaruh baik pada kehidupan, tapi faktanya pada saat ini umat Islam tergolong yang paling tidak baik hidupnya di antara umat manusia di muka bumi ini.
Sedangkan yang paling baik kehidupannya saat ini adalah mereka dari kalangan bangsa-bangsa Eropa Utara dan keturunan Mereka, seperti di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru, yang umumnya beragama protestan. Mereka adalah bangsa-bangsa paling maju di muka bumi ini. Kedua adalah orang Katolik seperti Prancis dan Itali dari Eropa Selatan yang kadang-kadang disebut sebagai orang Latin atau Mediteranian. Ketiga adalah orang-orang Budhis dan Shintois, yaitu Jepang. Keempat adalah negeri-negeri industri baru yang merupakan macan-macan Asia, seperti Cina, Korea Selatan, dan Singapura, sebagai penganut agama Konghucu. Kelima, kalau ukurannya adalah teknologi dan ilmu pengetahuan, maka India yang merupakan bangsa agama Hindu. Selanjutnya Keenam, mungkin bisa kita sebut orang-orang Islam.
Lewat keterangan di atas, tentu ada sesuatu yang salah. Sebab kita menyaksikan, tidak ada korelasi positif antara keimanan dan kehidupan. Sekalipun dari segi batin, segi ruhani, umat Islam berhak mengatakan diri mereka adalah paling unggul di muka bumi karena potensi ajarannya yang konsisten, sangat fitri, sangat alami, dan sangat cocok dengan pembawaan asli kemanusiaan termasuk rasionalitas.
Lantas, bagaimana agar janji Allah berupa perubahan hidup dan kesuksesan hidup, terkhusus di dunia bisa diraih umat Islam? Dalam (Q.S al-Nur: 55) disebutkan;
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Allah sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Allah telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, dari ketakutan menjadi aman sentosa. Dengan syarat, mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.
Hemat penulis, jika kita sebagai umat Islam memahami dan berusaha mengamalkan ayat di atas, maka pasti akan berpengaruh untuk kehidupan pribadinya, kehidupan sosialnya, bahkan peradabannya. Apa point-point penting yang bisa kita pahami dari ayat di atas;
Jika ditelaah secara mendalam, ayat di atas menyandingkan antara iman dengan amal sholeh. Bahkan di beberapa ayat al-Quran lainnya seringkali ditemukan penyandingan antara kata iman dan amal solih. Dan menariknya, setiap kali disebutkan ayat tentang penyandingan iman dan amal soleh, di saat itu pula Allah berjanji memberikan kenikmatan luar biasa kepada pengamalnya. Sebagai contoh Q.S. Al-Maidah; 9 dan Q.S. An-Nisa; 122
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah ?
Hal ini memberi pesan kepada kita, bahwa dengan iman saja tidak cukup menjadikan seorang atau kelompok masyarakat menjadi sukses atau menjadi khalifah, karena iman yang sempurna harus diikuti dengan amalan yang konkrit. Setiap pengakuan harus diikuti dengan pembuktian amal.
Lantas apa itu amal soleh? Karena seringkali orang salah paham memahami amal soleh hanya sebatas pembuktian amalan-amalan ritual. Seperti pergi ke masjid, sholat, zikir setelah sholat, menghadiri majelis ta’lim, puasa senin kamis. Kita menyapakati amalan-amalan di atas adalah amal solih. Hanya saja, perlu kita ketahui bahwa hakikat amal solih adalah amalan yang cocok dengan tuntunan agama dan cocok/relevan dengan tugas dan kedudukan yang kita jalani sekarang.
Semisal, seorang mahasiswa pergi ke kampus, ngerjain tugas dosen, dengan rasa pusing, rasa berat, kadang-kadang galau di kampus. Sebenarnya ia sedang melakukan amal soleh. Kenapa disebut amal soleh? Karena amalan itu cocok dengan tugasnya. Kalau ada dokter pergi ke rumah sakit, mengobati pasien, sholatnya cuma 5 waktu doang meskipun jarang sholat sunnah. Mungkin orang mengira orang ini jarang beramal soleh, padahal ketika dokter tersebut memantapkan tugas dalam profesinya sebagai dokter, itu juga Namanya amal soleh. Petani kalau pergi ke sawah, dan meniatkan itu sebagai upaya untuk mencari nafkah bagi anak dan istrinya, berlumpur tubuhnya, lalu bercucuran keringat, sholat ke masjid kalau fardu aja, sadar atau tidak seorang petani tersebut sedang beramal soleh. Orang yang naik ojek pergi pagi pulang malam, membawa uang seperlunya kepada istirnya, maka amalnya juga dikatakan amal soleh. Seorang saintis/peneliti pergi ke laboratorium, mengembangkan pengetahuan itu juga dinamakan amal soleh.
Singkatnya, Islam tidak pernah melarang, bahkan mendorong umatnya, bekerja dengan profesi dan maqomnya masing2, lalu memaksimalkan tugasnya, maka kesemua itu disebut amal soleh. Itulah cara kita mendekatkan diri kepada Allah, melengkapi sebagian amal soleh lainnya yang berbentuk ritual. Sayangnya, umat Islam hari ini sering melupakan sebagian amal soleh yang berbentuk profesi atau kedudukannya tersebut. Padahal, seandainya setiap Muslim fokus dan sungguh2 dengan bidangnya masing-masing serta memantapkan imannya kepada Allah maka Allah akan memenuhi janjinya, yaitu menjadikan umat Islam sebagai pemimpin di atas Bumi ini.
Kapan terjadinya itu? Sudah pernah terjadi pada zaman klasik Islam. Mereka tidak hanya berjaya di bidang agama, dengan munculnya berbagai aliran dalam bidang fikih, teologi, tasawuf, dan filsafat, tetapi juga unggul jauh di depan dalam berbagai bidang kebudayaan. Kita mungkin mengenal Persia dan Romawi yang merupakan negeri adidaya, hilang lenyap di era Khalifah Umar bin Khattab. Kita juga mengenal sarjana-sarjana muslim pada abad 12 M yang merupakan puncak kejayaan peradaban Islam. Seperti halnya Ibnu Sina, yang diketahui umumnya di pagi hari berprofesi sebagai Dokter, di siang hari menjadi seorang filsuf, dan di malam hari menjadi seorang Sufi. Begitu juga halnya dengan Ibnu Rusyd, yang melakoni 4 profesi dalam kesehariannya, yaitu sebagai Qaadi (Hakim), Dokter, Fisuf, dan sufi. Demikian halnya, para sarjana muslim lainnya seperti Al-Biruni, Al-Khawarizmi, Jabir bin Hayyan, Ibnu Khaldun, dan masih banyak lagi.
Penutup
Sebagai kesimpulan, penulis menekankan, jika umat Islam ingin kembali mengulang kejayaannya, menjadi pemimpin di bumi, aman dan sejahtera dari aspek ekonomi, dan unggul dalam sains dan teknologi, maka cara yang paling ampuh dan dijamin oleh Allah Swt, kita mesti terus memantapkan iman kita kepada Allah seraya memaksimalkan amal soleh kita sesuai dengan tuntunan agama dan memantapkan/memaksimalkan tugas dan kedudukan yang kita jalani sekarang.
Facebook Comments